KONSELOR SEBAYA UNTUK MEMBANGUN KARAKTER SISWA

 



Penulis: Abdillah Arif, S.Pd., M.Pd. (Guru SMAN 1 Merawang Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung)

 SINOPSIS

Bimbingan dan konseling (BK) dengan pendekatan Konselor Sebaya merupakan  upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi siswa  mencapai  tingkat  perkembangan  yang  optimal, pengembangan  perilaku  efektif, pengembangan lingkungan perkembangan, dan peningkatan keberfungsian siswa di dalam lingkungannya.  Semua  perubahan  perilaku  tersebut  merupakan proses  perkembangan,  yakni proses interaksi antara siswa dengan lingkungan perkembangan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Konselor Sebaya menjalankan peran untuk menjadi mitra bagi siswa dalam mengembangkan lingkungan perkembangan, membangun interaksi dinamis antara siswa dengan lingkungannya, membelajarkan siswa untuk mengembangkan, memperbaiki, dan memperhalus perilaku serta membentuk karakter.

 Artikel ini mengungkapkan gagasan bahwa dengan mengoptimalkan peran Konselor Sebaya dalam layanan BK maka Pendidikan Karakter untuk menanamkan jiwa Nasionalisme pada diri siswa dapat tercapai. Dimulai dari hakikat BK, serta peran Konselor Sebaya di dalamnya. Dilanjutkan dengan pendidikan karakter dan bagaimana Konselor Sebaya menjadi mitra dalam memberikan Layanan BK sehingga dapat menanamkan karakter nasionalisme pada diri siswa.

 

A.       PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, setiap individu siswa dihadapkan pada situasi kehidupan yang  kompleks dan penuh tantangan. Era globalisasi dan informasi ialah era persaingan yang salah satu ciri utamanya adalah dunia tanpa batas. Dunia menjadi suatu tempat yang disebut placeless society dimana hubungan antar manusia, antar masyarakat dan antar bangsa menjadi transparan. Dunia yang semakin terbuka juga menuntut suatu bentuk masyarakat baru, yaitu masyarakat terbuka, masyarakat yang demokratis. Kondisi ini di satu sisi memberikan kesempatan pada setiap individu berkembang sepenuhnya sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan memungkinkan setiap individu atau sekelompok masyarakat atau bangsa untuk berbuat sesuatu yang terbaik bagi dirinya, masyarakat, dan umat manusia. Namun, di sisi lain sistem dan kultur kehidupan global kemungkinan juga akan berubah, berbagai benturan peradaban dan benturan nilai sangat mungkin terjadi dalam kehidupan, sehingga menyebabkan lunturnya nilai-nilai nasionalisme pada generasi muda, tergantikan oleh nilai-nilai global yang sangat mungkin bertentangan bahkan merusak jatidiri bangsa.

 

Dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan sangat diperlukan untuk membangun karakter bangsa. Baik itu dari pendidikan formal, informal maupun non formal. Semua pendidikan intinya adalah membawa perubahan karakter menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Sehubungan dengan hal tersebut, karakter bangsa masih dapat diselamatkan dan ditumbuh kembangkan melalui bimbingan yang kontinyu. Proses bimbingan membawa siswa kepada sosok generasi bangsa yang tidak sekedar memiliki pengetahuan, tetapi juga memiliki moral yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa yang tertanam dalam benak siswa. Seiring denga era globalisasi dan kemajuan dunia informasi, bangsa Indonesia tengah dilanda krisis nilai-nilai luhur yang menyebabkan martabat bangsa Indonesia dinilai rendah oleh bangsa lain. Oleh karena itu, karakter bangsa Indonesia saat ini perlu dibangun kembali.

 

Dalam situasi demikian, siswa dihadapkan pada pilihan, di satu sisi untuk tetap berpijak dan mengarahkan diri kepada jati diri bangsa, tetapi di sisi lain dapat bereaksi dan mengarahkan diri secara proporsional terhadap perubahan mendunia yang terjadi. Strategi yang dikembangkan untuk menghadapi fenomena ini adalah dengan menempatkan teman sebaya sebagai konselor bagi siswa, sehingga upaya tersebut memberikan implikasi terhadap pelaksanaan pendidikan khususnya dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan Konseling tidak cukup hanya dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga harus didukung oleh peningkatan profesionalisme dan sistem manajemen tenaga pendidik/pembimbing serta pengembangan kemampuan siswa sebagai konselor sebaya untuk menolong dirinya sendiri dan menolong temannya dalam memilih dan mengambil keputusan sebagai pembentukan karakter dan jiwa nasionalisme.

 

Untuk maksud tersebut, maka proses pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi siswa sebagai konselor sebaya dan memfasilitasi mereka secara sistematik, terprogram dan kolaboratif untuk mampu mandiri dalam menghadapi berbagai permasalahan kehidupannya. Pelayanan bimbingan dan konseling  sebagai bagian dari proses pendidikan harus didasarkan kepada upaya pencapaian  tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah siswa sebagai suatu keutuhan yang diselenggarakan secara intensif dan kolaboratif.

 

B.        PEMBAHASAN

1.      Bimbingan dan Konseling (BK)

Terdapat beberapa definisi mengenai bimbingan, di antaranya Shertzer dan Stone (1981:40) yang mengemukakan bahwa  Guidance is the process of helping individuals to understand themselves and their world”, yang berarti bimbingan adalah proses membantu individu untuk memahami dirinya sendiri dan dunianya. Pelayanan bimbingan dan konseling (BK) memiliki beberapa hakikat sebagai berikut:

1)   Pelayanan bimbingan adalah suatu proses berkelanjutan.

2)   Pelayanan bimbingan adalah bantuan.

3)   Pelayanan bimbingan itu bersifat individual.

4)   Pelayanan bimbingan memiliki tujuan.

 

Selanjutnya, konseling, sebagaimana definisi ASCA (Sciara, 2004:22), Counseling is confidential relationships which the counselor conducts with students individually and in small groups to help them resolve their problems and developmental concerns.”. Bahwa konseling adalah hubungan yang bersifat rahasia dalam mana konselor melakukannnya dengan siswa-siswa secara individual dan dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu mereka memecahkan masalah-masalah dan kerisauan-kerisauan dalam perkembangan mereka. Hakikat pelayanan konseling meliputi interaksi, kegiatan profesional, adanya masalah, dan adanya penggunaan metode atau teknik.

 

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia menjelaskan bahwa BK adalah upaya pendidikan dan merupakan bagian integral dari pendidikan yang secara sadar memposisikan... kemampuan siswa untuk mengeksplorasi, memilih, berjuang meraih, serta mempertahankan karier itu ditumbuhkan secara isi-mengisi atau komplementer oleh guru BK/Konselor dan guru mata pelajaran dalam setting pendidikan khususnya dalam jalur pendidikan formal, dan sebaliknya tidak merupakan hasil upaya yang dilakukan sendirian oleh guru BK/Konselor, atau yang dilakukan sendirian oleh guru (ABKIN:2007).

 

Pelayanan BK pada hakikatnya merupakan  usaha memfasilitasi pengembangan nilai-nilai melalui proses interaksi yang empatik antara guru BK/Konselor dengan siswa, di mana Guru BK/Konselor membantu siswa untuk mengenal  kelebihan dan kelemahan dalam berbagai aspek perkembangan dirinya, memahami peluang dan tantangan yang ditemukan di lingkungannya, serta mendorong penumbuhan kemandirian siswa untuk mengambil berbagai keputusan penting dalam perjalanan hidupnya secara bertanggung jawab dan mampu mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, bahagia serta peduli terhadap kemaslahatan umat manusia.

 

Ada 10 fungsi layanan BK yang dapat diimplementasikan pada jenis pendidikan formal di sekolah, yaitu fungsi pemahaman, fasilitasi, penyesuaian, penyaluran, adaptasi, pencegahan, perbaikan dan penyembuhan, pemeliharaan, pengembangan, dan advokasi. Terdapat 4 komponen dalam layanan BK, yakni layanan dasar, layanan peminatan dan perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem. Layanan dasar meliputi kegiatan bimbingan kelas/klasikal, layanan orientasi, layanan informasi, bimbingan kelompok, dan layanan pengumpulan data (aplikasi instrumen). Layanan peminatan dan perencanaan individual meliputi kegiatan pemberian informasi kepada konseli tentang program sekolah, melakukan pemetaan dan penetapan peminatan siswa, layanan lintas minat, layanan pendalaman minat, layanan pindah minat, layanan pendampingan minat, pengembangan dan penyaluran, serta evaluasi dan tindak lanjut. Layanan responsif meliputi kegiatan konseling individual/ konseling kelompok, referal, kolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas, konsultasi, bimbingan teman sebaya, konferensi kasus, dan kunjungan rumah. Sedangkan kegiatan dukungan sistem meliputi kegiatan pengembangan profesi, manajemen program serta riset dan pengembangan.

 

2.      Konselor Sebaya

Menurut Wilis (2010) teman sebaya adalah kelompok  yang  terdiri  dari  anak-anak  yang  memiliki usia, kelas dan motivasi bergaul yang sama atau hampir sama.  Hal  ini  dinamakan  peer  group  atau  kelompok teman sebaya dapat  membantu proses penyesuaian diri yang baik. Ditambahkan pula oleh Santrock (2003) teman sebaya adalah   individu yang tingkat kematangan dan umurnya kurang lebih sama. Dari pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teman sebaya adalah individu atau anak-anak yang memiliki tingkat kematangan, usia, kelas dan motivasi bergaul hampir sama atau sama yang dapat membantu proses penyesuaian diri.

 

Pengaruh teman sebaya menurut Santosa (1999) ada dua macam yaitu:

1)        Pengaruh positif

a)      Apabila individu dalam kehidupannya memiliki peer group, maka mereka akan lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.

b)      Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan.

c)      Apabila individu masuk dalam peer group, maka setiap  anggota  akan  dapat  membentuk masyarakat yang akan direncanakan sesuai dengan kebudayaan  yang  mereka  anggap  baik (menyeleksi kebudayaan dari beberapa temannya).

d)      Setiap    anggota    dapat    beralih    memperoleh pengetahuan, kecakapan, da  melatih bakatnya

e)      Menolong individu untuk bersifat mandiri.

f)       Menyalurkan   perasaan   dan   pendapat   demi kemajuan kelompok.

2)      Pengaruh negatif

a)      Sulit  menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan.

b)      Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota.

c)      Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan anggota yang lain yang tidak memiliki kesamaan dengan dirinya.

d)      Timbulnya persaingan antar anggota kelompok.

e)      Timbulnya pertentangan antar kelompok sebaya.

 

Dengan memahami demikian besarnya pengaruh teman sebaya bagi siswa, maka Layanan BK perlu melaksanakan upaya optimalisasi peran Konselor Sebaya sebagai bagian dari Layanan Responsif BK. Pendekatan Konselor Sebaya tetap mengacu pada program yang telah dikembangkan melalui Layanan BK yang sudah ada di sekolah dengan menjadikan siswa sebaya sebagai pengelola, pendidik dan konselor sebaya sehingga kelompok ini dikelola dari, oleh, dan untuk siswa. Keberadaan dan peranan Konselor Sebaya di lingkungan siswa sangat penting artinya dalam membantu siswa untuk mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang pendidikan karakter. Untuk peningkatan, pengembangan, pengelolaan dan pelayanan Konselor Sebaya, maka perlu dilakukan upaya-upaya bagi Konselor Sebaya agar dapat memaksimalkan peningkatan akses dan kualitas pelayanan pendidikan karakter. Konselor Sebaya yang dimaksud dalam artikel ini adalah siswa teman sebaya yang menjalankan peran sebagai seorang Konselor. Siswa yang menjadi Konselor Sebaya tersebut melaksanakan tugas dengan menjalankan Bimbingan Teman Sebaya. Bimbingan Teman Sebaya adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa  terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh Guru BK/konselor. Siswa  yang menjadi Konselor Sebaya berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu, Konselor Sebaya juga berfungsi sebagai mediator yang membantu Guru BK dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah siswa  yang perlu mendapat pelayanan bantuan bimbingan atau konseling. Seseorang dapat dikatakan sebagai konselor sebaya jika sebelumnya telah memiliki pengalaman sebagai pembimbing bagi siswa teman sebayanya, mempunyai minat untuk membantu siswa lainnya. Konselor Sebaya juga harus memiliki sikap terbuka terhadap pendapat orang lain, menghargai dan menghormati teman sebaya, dapat dipercaya dan mampu memegang rahasia, kepekaan terhadap perasaan orang lain, memiliki perasaan stabil dan kontrol diri yang kuat. Konselor Sebaya harus memiliki kemampuan intelektual dan penguasaan mengenai dinamka kehidupan remaja dan keterampilan dalam menciptakan suasana nyaman, menumbuhkan rasa percaya siswa terhadap Konselor Sebaya, melakukan komunikasi interpersonal, memperhatikan aspek verbal dan nonverbal,mendengar secara aktif untuk menggali informasi dan membantu klien dalam pengambilan keputusan.

 

Sebagai bagian dari Layanan Responsif dalam Layanan BK di sekolah, bimbingan teman sebaya oleh Konselor Sebaya menjadi penting untuk dioptimalkan. Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada siswa yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak dengan segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas. Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh siswa pada saat ini dan layanan ini diberikan kepada siswa dengan segera.

 

Tujuan layanan bimbingan teman sebaya secara umum adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Indikator dari kegagalan itu berupa ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atas perilaku bermasalah, atau perilaku salah suai (maladjustment). Tujuan layanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu, dikenaan dengan masalah sosial, pribadi, karir, dan atau masalah pengembangan pendidikan, termasuk didalamnya masalah lunturnya nasionalisme sebagai salah satu karakter bangsa pada diri siswa.

 

3.      Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi siswa untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

 

Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara lebih khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu :

1)   Pembentukan dan pengembangan

Potensi pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga Negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila

2)   Perbaikan dan Penguatan

Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karaker manusia dan warga Negara Indonesia yang bersifat negative dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga Negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri dan sejahtera.

3)   Penyaring

Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga Negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.

 

Konselor Sebaya harus melakukan optimalisasi. Optimalisasi menunjuk kepada proses peningkatan kualifikasi dan kompetensi Konselor Sebaya untuk mencapai kriteria standar dan dalam kinerjanya dalam menjalankan tugas. Optimalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses  pengembangan kompetensi berkelanjutan, baik dilakukan melalui: pendidikan/latihan sebelum menjadi Konseor Sebaya (training); maupun pendidikan/latihan pada saat menjadi Konselor Sebaya. Optimalisasi merupakan keharusan bagi setiap orang yang menjalankan perannya, agar dapat memenuhi tuntutan standar tugas. Oleh karena itu Konselor Sebaya harus mempunyai komitmen yang tinggi dalam upaya untuk meningkatkan kualifikasi dan kemampuan profesionalnya untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan.

 

Optimalisasi akan membentuk Konselor Sebaya. Konselor Sebaya yang profesional agar dapat melakukan kinerja profesional. Kinerja/unjuk kerja/penampilan kerja adalah proses perilaku kerja sehingga menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan tugasnya. Konselor Sebaya yang profesional ditandai dengan rangkaian kata: Apa-Bagaimana-Mengapa. Konselor Sebaya harus tahu (paham, mengerti) apa yang menjadi tugasnya, tahu (paham) bagaimana menjalankan tugasnya, tahu (paham) mengapa ia menjalankan tugas sebagai Konselor Sebaya.  

4.      Konselor Sebaya Sebagai Pelaksana Pendidikan Karakter

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, Konselor Sebaya bersama siswa lainnya  menjalankan peran sebagai character enabler, character builders dan character engineer. Tiga peran itu adalah sebagai:

a.    Pembangun kembali karakter bangsa (character builder). Di tengah-tengah derasnya arus globalisasi, peran ini tentunya sangat berat, namun esensinya adalah adanya kemauan keras dan komitmen dari generasi muda untuk menjunjung nilai-nilai moral untuk menginternalisasikannya pada aktifitas sehari-hari.

b.    Sebagai pemberdaya karakter (character enabler). Peran ini juga tidak kalah beratnya, selain kemauan kuat dan kesadaran kolektif dengan kohesivitas tinggi, masih dibutuhkan adanya kekuatan untuk terlibat dalam masyarakat maupun di tempat asing.

c.    Sebagai perekayasa karakter (character engineer). Peran ini menuntut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran, adanya modifikasi dan rekayasa yang tepat disesuaikan dengan perkembangan jaman. Peran generasi muda dalam hal ini sangat diharapkan oleh bangsa, karena di tangan merekalah proses pembelajaran adaptif dapat berlangsung dalam kondisi yang paling produktif.

 

Menghadapi globalisasi, karakter generasi muda harus lebih meningkatkan pembangunan budi pekerti dan sikap menghormati dan harus mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Konselor Sebaya nantinya masih memerlukan dukungan dari Guru BK maupun komponen sekolah lainnya, namun esensi utamanya tetap pada peran Konselor Sebaya.

 

5.      Pendidikan Karakter Guna Meningkatkan Jiwa Nasionalisme Siswa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nasionalisme dimaknai sebagai paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, bisa juga dimaknai sebagai politik untuk membela pemerintahan sendiri. Anthony D Smith mengatakan bahwa "Nationalism is an ideology that places the nation at the centre of its concerns and seeks to promote its well-being...." Bahwa nasionalisme merupakan perasaan cinta terhadap bangsa dan Tanah Air yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.

 

Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan generasi muda. Pengaruh globalisasi terhadap generasi muda begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak generasi muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari generasi muda sekarang, yaitu : dilihat dari sikap, banyak generasi muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.

 

Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme? Yang pasti negara kita akan mudah untuk dikendalikan oleh bangsa asing yang pada akhirnya bangsa kita akan dikuasai oleh bangsa asing.

 

Dalam dunia pendidikan, keberhasilan pendidikan bukan diukur dari tercapainya target akademis siswa, tetapi lebih kepada proses pembelajaran dan bimbingan sehingga dapat memberikan perubahan sikap dan perilaku kepada siswa. Masih banyak guru-guru yang menyatakan bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur dari tercapainya target akademis siswa, karena sebagian mereka mengajar dengan orientasi bahwa siswa harus mendapatkan nilai yang bagus sehingga dapat dianggap siswa atau guru itu telah berhasil melaksanakan pendidikan. Jika tidak ada pembelajaran dan bimbingan dalam pendidikan, maka hasilnya akan seperti sebelumnya, dalam arti kata tidak ada perubahan. Kita menginginkan adanya proses pembelajaran dan bimbingan yang dapat memberikan perubahan atau dampak positif pada perilaku dan sikap pelajar kita sehingga mereka tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan secara akademik tetapi mereka dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya.

 

C.   KESIMPULAN

Pelayanan BK yang diamanatkan dalam Implementasi kurikulum 2013 akan dapat diwujudkan oleh Guru BK dengan dibantu oleh Konselor Sebaya secara profesional dan bermartabat. Guru BK atau Konselor harus dapat  menjamin tumbuh suburnya peran Konselor Sebaya yang bermartabat, yaitu Konselor Sebaya yang mampu memberikan pelayanan yang diberikan benar-benar bermanfaat, pelaksana bermandat, dan diakui secara sehat oleh siswa sebaya dan masyarakat sekolah.  Konselor Sebaya harus berusaha memenuhi standar kompetensi agar pelayanan BK untuk memanamkan nilai nasionalisme dalam pendidikan karakter kepada teman sebayanya dapat  merebut kepercayaan publik (public trust) melalui optimalisasi kinerja Konselor Sebaya dalam pelayanan BK bermartabat.

 

1.    Layanan BK merupakan wahana yang tepat untuk menumbuhkembangkan karakter bangsa yang baik. Melalui layanan BK dapat membangun karakter generasi muda dalam menghadapi era globalisasi. Karena di dalam layanan BK ada proses bimbingan yang pada akhirnya diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik.

 

2.    Peran penting dari Konselor Sebaya dalam menghadapi berbagai permasalahan di era globalisasi ini adalah sebagai pembangun kembali karakter (character enabler), pemberdaya karakter (character builders) dan perekayasa karakter (character enginee).

 

3.    Membangun karakter bangsa bukan hanya tugas Konselor Sebaya, untuk itu perlu kedisiplinan tinggi bagi seluruh komponen bangsa dengan upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa.***

 

 

Daftar Pustaka

ABKIN (2013), Panduan Umum Pelayanan Bimbingan dan Konseling.

ABKIN (2013), Panduan Khusus Pelayanan Bimbingan dan Konseling (Arah Peminatan Siswa)

Depdiknas RI (2008), Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.

Ditjen PMPTK (2007), Rambu-rambu Penyelenggaraan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.

Puskurbuk, Balitbangdiknas (2010), Model Pengembangan Diri

PPPPTK Penjas dan BK, Depdiknas (2010), Pengelolaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2013. Kurikulum diklat teknis pengelolaan PIK-Remaja / Mahasiswa.Jakarta: BKKBN, 2013.

_______, Pedoman Pengelolaan Pusat Informasi dan KonselingRemaja/Mahasiswa. Jakarta: BKKBN: 2012.

Djaali dan Pudji Muiyono.Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2008.

Fauzi. Kesehatan Reproduksi Remaja. http.7/www.kesrepro.info/?q=remaja. (diakses pada 7 Desember 2015).

Imron, Ali.Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja PEER Educator dan Aktivitas Program PIK-R di Sekolah.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Kusmiran, Eny. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. 2012.

Sudjana, Nana.Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru, 2001.

Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta , 2011.

Tayibnapis, Farida Yusuf.Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Widoyoko, S. Eko Putro.Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik.Yogyakarta; Pustaka Pelajar. 2009.

 

wkonselor

Senantiasa berdaya upaya menjadi makin efektif menjalani kehidupan sehari-hari dan ingin membantu orang lain agar menjadi lebih efektif pula.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama