Pendidikan pada
hakikatnya untuk menghasilkan insan-insan yang berkarakter mulia, di samping
memiliki kemampuan akademik dan keterampilan yang memadai. Salah satu cara
untuk mewujudkan manusia yang berkarakter yaitu dengan mengintegrasikan
pendidikan karakter dalam setiap komponen aktivitas pendidikan, termasuk dalam
layanan bimbingan dan konseling (BK). Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
yang dicanangkan Pemerintah mengidentifikasikan lima nilai utama karakter yang
saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai
prioritas, yaitu relijius, nasionalisme, mandiri, gotong royong dan integritas.
Secara lebih spesifik nilai nasionalisme yang termasuk dalam lima nilai utama
karakter bangsa tersebut diuraikan sebagai cara berfikir, bersikap dan berbuat
yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa,
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan
kelompoknya.
Nasionalisme bukanlah
hanya sekedar simbol jati diri sebagai bagian dari suatu bangsa namun lebih
dari itu merupakan perwujudan kebanggaan, cinta dan kesetiaan terhadap bangsa
dan negara. Namun sangat disayangkan bahwa pada masa sekarang sikap
nasionalisme di kalangan generasi muda sudah dirasakan semakin menurun. Hal
tersebut dapat dilihat dari berbagai fenomena, antara lain: gemar yang berlebihan
terhadap gaya berpakaian dan gaya hidup negara lain, bangga menyantap menu
makanan luar negeri, bangga menggunakan bahasa asing, bangga menggunakan produk
buatan luar negeri, fanatisme berlebihan terhadap musisi dan tim olahraga luar
negeri, meluasnya kegemaran terhadap musik, tarian dan film yang berasal dari
negara lain.
Hal tersebut
semakin diperparah dengan banyaknya generasi muda yang cenderung acuh dan tak
peduli pada budaya dan adat istiadat bangsa, mereka ada yang tidak pernah
mengunjungi objek wisata budaya/bersejarah dan juga tidak mengenal dengan baik
produk budaya bangsa sendiri, baik itu musik/lagu tradisional, tarian
tradisional, makanan khas, permainan tradisional, seni bela diri, seni lisan
tradisional, pakaian tradisional, bahkan tidak mengetahui cerita perjuangan pahlawan
kemerdekaan dari daerahnya sendiri. Bagaimana mereka akan memiliki jiwa
nasionalisme yang tinggi, jika mereka tidak mengenal dan bangga terhadap budaya
bangsa sendiri. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk menimbulkan rasa
penasaran, keingintahuan dan kebanggaan terhadap budaya bangsa Indonesia di
kalangan generasi muda, termasuk pelajar agar mereka dapat meningkatkan jiwa
nasionalisme.
B. PEMBAHASAN
Pendidikan
dan pembelajaran merupakan cara tepat untuk membuat remaja, khususnya peserta
didik dapat kembali mengenal dan mencintai budaya bangsa sendiri untuk
meningkatkan jiwa nasionalisme. Peserta didik perlu diarahkan untuk mengetahui
semua aspek-aspek budaya bangsa, termasuk budaya lokal (daerah setempat).
Tiap-tiap daerah di Indonesia memiliki kekayaan budaya dan seni yang sangat
beragam. Tiap-tiap wilayah Nusantara secara spesifik mewarisi keunikan budaya dan seni yang terpengaruh kebiasaan,
adat istiadat, keunikan geografis dan kearifan lokal masing-masing daerahnya.
Jika tiap peserta didik telah menyadari besarnya potensi kekayaan seni dan
budaya bangsa Indonesia, bahkan mengenal budaya asal daerahnya masing-masing
dengan baik maka bukan tidak mungkin jiwa nasionalisme akan lebih mudah
dikembangkan dalam diri mereka.
Tiap-tiap
sekolah dapat memanfaatkan warisan kekayaan budaya dan seni daerah
masing-masing untuk membuat peserta didiknya bangga dan cinta pada
keanekaragaman budaya dan seni yang ada di Indonesia. Hal tersebut akan lebih
mudah dilaksanakan karena sekolah selaku institusi pendidikan, sekolah dalam
hal ini guru tidak perlu repot lagi untuk menginventarisir dan memanfaatkan
seni dan budaya daerah lain untuk membelajarkan peserta didiknya. Cukup
menanamkan konsep tentang potensi kekayaan budaya dan seni Indonesia yang
berlimpah serta memanfaatkan kekayaan seni dan budaya lokal (daerah setempat)
yang telah tersedia dan mudah diakses. Dengan mengenal unsur-unsur seni dan
budaya lokal daerahnya masing-masing maka peserta didik dapat mencintai dan
bangga dengan negaranya karena mereka akan menyadari bahwa Indonesia adalah
negara kaya dengan keanekargaman seni dan budaya yang layak ditampilkan dan
mampu bersaing dengan seni dan budaya negara lain.
Upaya
membelajarkan peserta didik tentang seni dan budaya lokal untuk meningkatkan
jiwa nasionalisme dapat dilakukan melalui layanan bimbingan klasikal dengan
model Pembelajaran Berbasis Proyek. Model pembelajaran berbasis proyek dapat
meningkatan hasil belajar yang lebih baik, bila dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional. Salah satu ide proyek yang dapat diberikan pada
peserta didik untuk meningkatkan jiwa nasionalisme adalah proyek pembuatan foto
(fotografi). Proyek pembuatan foto dengan tema seni dan budaya lokal akan
menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi generasi saat ini, termasuk peserta
didik. Proyek pembuatan foto berpotensi untuk memberikan pengalaman
pembelajaran yang langsung dan berkesan bagi peserta didik. Generasi muda saat
ini adalah generasi yang akrab dengan teknologi dan komunikasi. Mereka sudah
terbiasa menggunakan berbagai aplikasi yang tersedia dalam fitur ponsel pintar
(smartphone), termasuk layanan kamera
dan media sosial.
Melalui
proyek pembuatan foto, peserta didik dibimbing dan diarahkan untuk menghasilkan
masing-masing 3-5 buah foto untuk tiap
kelompok dengan tema seni dan budaya lokal (dalam hal ini daerah Jambi).
Peserta didik dipersilahkan secara berkelompok dan mandiri untuk menciptakan
dan meyelesaikan proyeknya (foto) secara relevan dengan tema yang telah
ditetapkan serta mematuhi ketentuan-ketentuan lain yang mendukung tercapainya
tujuan pelaksanaan proyek, antara lain yaitu: 1. wajib menampilkan tempat yang
menjadi ikon seni budaya daerah sebagai latar/lokasi pembuatan foto (misalnya:
kompleks percandian atau kompleks rumah adat kabupaten se-Provinsi Jambi), 2.
Model pada foto wajib menggunakan kostum daerah (misalnya: pakaian melayu
Jambi, pakaian batik Jambi, dan lainnya).
Untuk
pemilihan lokasi penyelesaian proyek (lokasi pengambilan foto), guru BK dapat
memberikan opsi yang dapat dipilih peserta didik, tentu saja mempertimbangkan
jarak tempuh, biaya, akses jalan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk
perlengkapan, alat transportasi menuju lokasi proyek dan kostum daerah, guru BK
dapat memfasilitasi peserta didik untuk dapat meminjam dan menggunakan
fasilitas yang tersedia di sekolah, yaitu kamera, kostum daerah dan bus sekolah
dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berwenang di sekolah. Hal ini juga
bisa menjadi nilai tambah dalam proses proyek, sebab di dalam tahapan ini siswa
lebih mendapat kesempatan untuk mengasah karakter mereka, khususnya yang
berkenaan dengan komunikasi dan tanggungjawab.
Dalam
pelaksanaan proyek pembuatan foto bertema
seni dan budaya lokal (dalam hal ini daerah Jambi) sebagai upaya meningkatkan
jiwa nasionalisme peserta didik pada layanan bimbingan klasikal ini juga didesain
dengan mengimplementasikan pendidikan karakter dalam proses/tahapan proyek dari
sejak awal proyek hingga penyelesaian kegiatan proyek (penentuan proyek hingga
publikasi). Aspek-aspek karakter yang dimunculkan dalam layanan bimbingan
klasikal (proyek) ini antara lain seperti yang tercantum dalam Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2017
Tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang meliputi nilai-nilai religius,
jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
bertanggungiawab.
Setelah
produk foto hasil proyek selesai
dikerjakan, maka selanjutnya peserta didik diberi kesempatan untuk
mempublikasikan foto hasil proyek mereka ke akun media sosial masing-masing. Hal
ini memberi ruang yang lebih luas pada foto tersebut untuk dapat dilihat dan
diapresiasi. Secara langsung foto tersebut berpotensi untuk mempengaruhi orang
lain untuk membuat foto yang memiliki konsep atau tema yang sama yaitu foto
yang menampilkan kebanggaan seni dan budaya bangsa lokal, misalnya: berlatar
belakang aktivitas seni budaya lokal, menampilkan makanan/masakan khas daerah,
baju tradisional, tarian tradisional, permainan tradisional, objek wisata
budaya dan lain-lain. Dengan kata lain foto hasil proyek akan bisa menjadi
media yang persuasif untuk membuat orang lain melakukan hal yang sama (membuat
foto dengan tema seni dan budaya) setelah melihat foto tersebut. Tentu saja
secara nyata bahwa tindakan tersebut juga termasuk dalam sikap yang menunjukkan
rasa cinta dan bangga pada seni dan budaya Indonesia, serta merupakan perwujudan
jiwa nasionalisme dalam bentuk sikap/perbuatan.
|
Tahap |
Bentuk Kegiatan |
Aspek Karakter |
|
|
1. |
Pertemuan
ke 1 |
a. Penentuan pertanyaan dasar
(penugasan proyek) b. Mendesain perencanaan
proyek c. Menyusun jadwal proyek |
1.
Religius 2.
Jujur 3.
Toleransi 4.
Disiplin 5.
Kerja Keras 6.
Kreatif 7.
Mandiri 8.
Demokratis 9.
Rasa Ingin Tahu 10.
Semangat Kebangsaan 11.
Nasionalisme 12.
Menghargai Prestasi 13.
Bersahabat/Komunikatif 14.
Cinta Damai 15.
Gemar Membaca 16.
Peduli Lingkungan 17.
Peduli Sosial 18. Tanggung
Jawab |
|
2. |
Pertemuan
ke 2 |
d. Memonitor siswa dan pelaksanaan proyek e. Penyelesaian proyek |
|
|
3. |
Pertemuan
ke 3 |
f. Menguji, menilai proses
dan hasil proyek (presentasi) g. Publikasi hasil proyek |
C.
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian teori dan pembahasan,
dapat disimpulkan beberapa hal terkait pelaksanaan proyek pembuatan foto
bertema seni dan budaya lokal (dalam hal ini daerah Jambi) sebagai upaya
meningkatkan jiwa nasionalisme peserta didik yang diterapkan pada layanan
bimbingan klasikal berbasis pendidikan karakter di sekolah, antara lain yaitu:
1.
Proyek pembuatan foto bertema seni dan budaya lokal (dalam hal ini daerah
Jambi) sebagai upaya meningkatkan jiwa nasionalisme peserta didik dapat
diterapkan pada layanan bimbingan klasikal berbasis pendidikan karakter di
sekolah karena proyek pembuatan foto itu sendiri selain berpotensi untuk
menjadi kegiatan berkesan dan menyenangkan, juga akan menjadikan peserta didik
memiliki pengalaman belajar tentang seni dan budaya lokal yang akan berdampak
pada meningkatnya pemahaman peserta didik tentang kekayaan dan keanekaragaman
seni dan budaya Indonesia yang membanggakan, sehingga nantinya akan berdampak
pula pada peningkatan jiwa nasionalisme peserta didik.
2.
Langkah-langkah pelaksanaan proyek pembuatan foto bertema seni dan budaya
lokal (dalam hal ini daerah Jambi) sebagai upaya meningkatkan jiwa nasionalisme
peserta didik pada layanan bimbingan klasikal berbasis pendidikan karakter di
sekolah, antara lain adalah:
1) Penentuan pertanyaan mendasar (penugasan proyek foto),
2) Mendesain perencanaan proyek, 3) Menyusun jadwal proyek foto, 4) Memonitor
siswa dan pelaksanaan proyek, 5)
Penyelesaian proyek, 6) Menguji, menilai proses dan hasil proyek (presentasi)
dan 7) Publikasi hasil proyek.***
